Langsung ke konten utama

Postingan

Sastra menuju moksha

*Kayu Gung Susuhing Angin* (bahasa kiasan atau perlambang), Kayu Gung/kayu besar(kiasan untuk raga),Susuhing Angin/rumah angin. Kayu Gung Susuhing Angin adalah manusia merupakan tempat keluar masuknya angin(nafas). Nafas yang masuk membawa udara bersih diedarkan ke seluruh bagian tubuh kemudian keluar membawa udara kotor. Kayu Gung Susuhing Angin berwujud pelajaran dapat diluluhkan dengan mengheningkan cipta menenangkan diri. Pada diri manusia, titik pusat inilah yang dinyatakan sebagai Susuhing Angin (Sarang Angin) atau Telenging Manah (Pusat Hati). Dinyatakan sebagai Sarang Angin karena di titik itulah angin ngendog (bertelur). Pembahasaan seperti ini muncul karena leluhur kita senang mencermati realitas di jagat raya. Dan ketika mencermati perilaku burung, ditemukan bahwa mereka membuat sarang untuk satu tujuan: ngendog atau bertelur dan membentuk kehidupan baru. Maka, sebanding dengan itu, di Susuhing Angin inilah kehidupan baru manusia selalu terbentuk. Dan dari mana kehidup...
Postingan terbaru

Sejarah swastika

Arti Lambang Swastika Sebenarnya Categories:  Kesadaran ,  indus ,  nazi ,  sansekerta ,  swastika SEJARAH SWASTIKA Swastika adalah simbol kuno yang digunakan di berbagai budaya selama sedikitnya 5.000 tahun sebelum Adolf Hitler menjadikannya sebagai hiasan tengah bendera Nazi. Penggunaannya dewasa ini oleh kelompok ekstrem tertentu ditujukan untuk menyebarkan kebencian. FAKTA UTAMA 1. Swastika dahulu lama digunakan sebagai simbol kesejahteraan di masyarakat kuno, termasuk di India, Tiongkok, Afrika, penduduk asli Amerika, dan Eropa. 2. Adolf Hitler mendesain bendera Nazi pada 1920. Ia menggabungkan swastika dengan tiga warna bendera Kekaisaran Jerman (merah, hitam, dan putih). 3. Hingga kini simbol Nazi, termasuk bendera swastika, dilarang di sejumlah negara, termasuk di Jerman. Swastika memiliki sejarah yang panjang. Swastika digunakan setidaknya 5.000 tahun sebelum Adolf Hitler merancang bendera Nazi. Kata  swastika  berasal dari bahasa San...

Tembang mocopat

Tembang macapat merupakan salah satu tembang atau lagu daerah yang paling populer.  Merupakan tembang atau puisi tradisional Jawa yang menceritakan tahap-tahap kehidupan manusia. Filosofinya menggambarkan tentang seorang manusia dari lahir, saat mulai belajar di masa kanak-kanak, saat dewasa, hingga akhirnya meninggal dunia. Tembang atau tembung macapat sendiri mempunyai sebutan tembang cilik (kecil). Tembang macapat yang berarti lagu ini mempunyai karakteristik yang berbeda dari setiap jenisnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya dari Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Bilangan (wilangan). Sejarah Tembang Macapat diperkirakan muncul pada akhir masa Majapahit dan dimulainya pengaruh dari Walisanga. Bisa dikatakan ini untuk situasi di Jawa tengah, sebab di Jawa timur dan Bali macapat sudah dikenal sebelumnya, bahkan sebelum datangnya islam. Sebagai contoh yaitu sebuah teks dari Bali dan Jawa yang dikenal dengan judul Kidung Ranggalawe disebutkan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi...

Lidah Tak Bertulang

Lidah yang digunakan terus menerus tanpa dirawat kebersihannya dapat menimbulkan  penyakit lidah. Lidah merupakan organ dengan jaringan otot-otot kuat yang memungkinkan manusia untuk bisa mengecap, menelan, serta berbicara. Lidah diselimuti oleh mukosa atau selaput merah muda dan papila atau tonjolan-tonjolan kecil yang memberikan tekstur kasar sebagai tempat berkumpulnya ribuan saraf pengecap berbagai rasa. Macam penyakit pada lidah antara lain ; * Leukoplakia  adalah bercak putih yang dapat timbul dipermukaan lidah , gusi maupun di dinding bagian dalam pipi. Penyakit lidah ini berkaitan dengan kebiasaan merokok atau mengunyah tembakau, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.  Pada umumnya, leukoplakia akan sembuh dengan sendirinya tanpa terapi. Namun, jika bercak putih bertahan lebih dari dua minggu, sebaiknya  periksakan ke dokter, karena  beberapa kasus leukopakia berisiko menjadi kanker lidah. Menghindari rokok merupakan hal penting untuk mencegah leukoplakia...

Bunga sedap malam

Bunga Eksotis Sarat Mitos Sedap malam (Polianthes tuberosa, L.) Harum bunganya digambarkan eksotis, manis, juga kompleks. Biasa mekar di malam hari, mencerminkan sifat perbungaannya. Bunga ini disebut dalam bahasa Hindi “raat ki raani”, yang berarti "ratu malam". Sementara di Sunda dan Melayu bunga ini disebut sundal malam. Bunga sedap malam banyak dimanfaatkan dalam upacara keagamaan. Di Indonesia, bunga sedap malam digunakan untuk dekorasi dalam upacara pernikahan, sama halnya menjadi bagian penting di India. Dalam upacara perkawinan tradisional di Hawaii, pengantin perempuan mengenakan rangkaian bunga sedap malam. Di masa Victoria, bunga ini menjadi bagian penting dalam upacara pemakaman. Bangsa Aztek mengenal tumbuhan sedap malam dengan nama omixochitl, yang berarti "bunga tulang". Seorang misionaris asal Prancis, memperkenalkan tumbuhan dari meksiko ini ke negaranya dan negara-negara tetangga, termasuk Italia pada tahun 1530. Tumbuhan yang masuk dalam kel...

Arya Werkudara

Bangsa Arya adalah Bangsa yang kuat. Werkudara adalah salah satu Pandawa yang sangat populer dalam Mahabarata. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata dengan Dewi Kuntinalibranta. Beliau memiliki istri beberapa orang, antara lain Dewi Nagagini Putri Hyang Anantaboga di Saptapertala memiliki putra bernama Antareja. Dewi Arimbi putri Prabu Arimbaka di Pringgadani memiliki putra Gatutkaca dan Dewi Urangayu putri Barata Mintuna di Narpada memiliki putra Antasena. Beliau bertempat tinggal di Jodipati atau Tunggalpawenang. Werkudara berpenampilan luruh, bermata thelengan, hidung bentulan, dan bermulut salitan dengan kumis, jenggot, dan cambang yang amat tebal. Ia bermahkota gelung supit urang jenis minangkara, bersumping pandhan binethot, dengan memakai pupuk jarot asem dan anting-anting bayu. Tubuh gagahan alus, dengan simbarjaja dan gajah gelar dengan jangkahan sena. Pada bagian kaki digambari kepala nagaraja (porong) dengan konca bayu. Kampuh bermotif poleng bang bintulu aji, dengan tiga m...

Burung cabak

BURUNG NOCTURNAL (CABAK) Burung Cabak dengan nama latin Caprimulgidae dan Podargidae merupakan jenis burung pemakan serangga yang beraktivitas pada malam hari. Burung Cabak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dalam setiap jenisnya. Dimulai dari kebiasaan aktifitas hingga dengan makanannya. Burung   yang mengkonsumsi serangga pada umumnya melakukan aktifitas pada siang hari (Diurnal), namun beberapa dimalam hari yang biasa disebut Nocturnal. Di Indonesia sendiri hanya beberapa burung yang memiliki ciri “Pemakan Serangga dan Bersifat Nocturnal”. Dalam sebuah penelitian yang telah tertulis, hanya diketahui 2 suku jenis burung cabak yang bersifat pemakan serangga dan bersifat nokturnal, antara lain Burung Cabak (Caprimulgidae) dan Paruh Katak (Podargidae) juga disebut cabak di Jawa dan Bali. Kebiasaan Burung Cabak Burung cabak memiliki kebiasaan yang khas. Antara lain terbang berputar-putar pada senja dan dini hari sembari mengeluarkan suara tinggi meratap, “cwuirp” berulang-ulang den...