Langsung ke konten utama

Sejarah swastika

Arti Lambang Swastika Sebenarnya

Categories: Kesadaranindusnazisansekertaswastika

SEJARAH SWASTIKA
Swastika adalah simbol kuno yang digunakan di berbagai budaya selama sedikitnya 5.000 tahun sebelum Adolf Hitler menjadikannya sebagai hiasan tengah bendera Nazi. Penggunaannya dewasa ini oleh kelompok ekstrem tertentu ditujukan untuk menyebarkan kebencian.

FAKTA UTAMA
1. Swastika dahulu lama digunakan sebagai simbol kesejahteraan di masyarakat kuno, termasuk di India, Tiongkok, Afrika, penduduk asli Amerika, dan Eropa.

2. Adolf Hitler mendesain bendera Nazi pada 1920. Ia menggabungkan swastika dengan tiga warna bendera Kekaisaran Jerman (merah, hitam, dan putih).

3. Hingga kini simbol Nazi, termasuk bendera swastika, dilarang di sejumlah negara, termasuk di Jerman.

Swastika memiliki sejarah yang panjang. Swastika digunakan setidaknya 5.000 tahun sebelum Adolf Hitler merancang bendera Nazi. Kata swastika berasal dari bahasa Sanskerta svastika, yang berarti “keberuntungan” atau “kesejahteraan". Motifnya (salib tertekuk) tampaknya telah digunakan pertama kali di Eurasia pada zaman Neolitikum, yang sepertinya menunjukkan pergerakan matahari di langit. Hingga hari ini swastika masih merupakan simbol sakral bagi agama Hindu, Buddha, Jainisme, dan Odinisme. Simbol ini lazim ditemukan di kuil atau rumah-rumah di India atau Indonesia. Swastika juga memiliki sejarah kuno di Eropa, yang tampak pada artefak-artefak dari budaya Eropa sebelum masuknya agama Kristen.

Simbol ini kembali muncul pada akhir abad ke-19, setelah kegiatan arkeologi yang ekstensif seperti yang dilakukan oleh arkeolog terkenal Heinrich Schliemann. Schliemann menemukan salib tertekuk di situs Troya kuno. Ia menghubungkannya dengan bentuk serupa yang ditemukan pada tembikar di Jerman dan beranggapan bahwa itu adalah "simbol agama yang penting dari leluhur zaman dahulu kala".

Pada awal abad ke-20, swastika digunakan secara luas di Eropa. Swastika memiliki beragam makna, yang paling umum adalah simbol keberuntungan dan kemujuran. Namun, penemuan Schliemann dengan cepat diadopsi oleh gerakan völkisch, yang menganggap bahwa swastika merupakan simbol "identitas ras Arya" dan kebanggaan bangsa Jerman.

Dugaan bahwa swastika berasal dari budaya ras Arya bangsa Jerman sepertinya merupakan salah satu alasan utama mengapa Partai Nazi mengadopsi swastika atau Hakenkreuz (Bahasa Jerman untuk salib tertekuk) sebagai simbol resmi Nazi pada tahun 1920.

Namun, partai Nazi bukanlah satu-satunya partai yang menggunakan swastika di Jerman. Setelah Perang Dunia I, sejumlah gerakan nasionalis sayap kanan mengadopsi swastika. Sebagai simbol, swastika dikaitkan dengan gagasan tentang status ras "murni". Pada saat Nazi menguasai Jerman, konotasi swastika pun berubah selamanya.

Di Mein Kampf, Adolf Hitler menulis: "Sementara itu, setelah percobaan yang tak terhitung, aku telah memutuskan suatu bentuk akhir; sebuah bendera dengan latar belakang merah, lingkaran putih, dan swastika hitam di tengahnya. Setelah percobaan berkali-kali, aku juga menemukan sebuah proporsi pasti antara ukuran bendera dan ukuran lingkaran putih, serta bentuk dan ketebalan swastika."

Swastika kemudian menjadi ikon propaganda Nazi yang paling mudah dikenali, yang muncul pada bendera yang dirujuk oleh Hitler di Mein Kampf serta di poster-poster pemilihan umum, ban lengan, medali, dan lencana untuk militer dan organisasi lainnya. Selain menjadi simbol kuat yang dimaksudkan untuk memunculkan kebanggaan di tengah-tengah bangsa Arya, swastika juga menjadi teror bagi orang Yahudi dan lainnya yang dianggap musuh Jerman Nazi.

Terlepas dari asal-usulnya, swastika secara luas telah dikaitkan dengan Jerman Nazi sehingga penggunaan simbol ini di masa sekarang sering memicu kontroversi.

Berpikir dengan jernih dan jangan terlalu sibuk saling menyalahkan,
Karena kita semua hidup dibawah matahari, bulan dan bintang yang sama.
Namaste🙏🙏🙏

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sengugu atau srigunggu

Manfaat sengugu atau srigugu bagi kesehatan. Tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung, bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung, tepi jalan atau dekat air yang tanahnya agak lembap dari dataran rendah sampai 1.700 mdpl. Senggugu diduga tumbuhan asli Asia tropik. Perdu tegak, tinggi 1 – 3 m, batang berongga, berbongkol besar, akar warnanya abu kehitaman. Daun tunggal, tebal dan kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut halus, panjang 8 – 30 cm, lebar 4 – 14 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk bentuk malai yang panjangnya 6 – 40 cm, warnanya putih keunguan, keluar dari ujung-ujung tangkai. Buah buni, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua hitam. Budidaya atau perbanyakan tumbuhan ini adalah dengan biji. Nama Lokal : Singgugu (Sunda), Srigunggu, sagunggu (Jawa), Kertase, pinggir tosek (Madura), Sengg...

Burung cabak

BURUNG NOCTURNAL (CABAK) Burung Cabak dengan nama latin Caprimulgidae dan Podargidae merupakan jenis burung pemakan serangga yang beraktivitas pada malam hari. Burung Cabak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dalam setiap jenisnya. Dimulai dari kebiasaan aktifitas hingga dengan makanannya. Burung   yang mengkonsumsi serangga pada umumnya melakukan aktifitas pada siang hari (Diurnal), namun beberapa dimalam hari yang biasa disebut Nocturnal. Di Indonesia sendiri hanya beberapa burung yang memiliki ciri “Pemakan Serangga dan Bersifat Nocturnal”. Dalam sebuah penelitian yang telah tertulis, hanya diketahui 2 suku jenis burung cabak yang bersifat pemakan serangga dan bersifat nokturnal, antara lain Burung Cabak (Caprimulgidae) dan Paruh Katak (Podargidae) juga disebut cabak di Jawa dan Bali. Kebiasaan Burung Cabak Burung cabak memiliki kebiasaan yang khas. Antara lain terbang berputar-putar pada senja dan dini hari sembari mengeluarkan suara tinggi meratap, “cwuirp” berulang-ulang den...

NawaSanga

Nawadewata  (Sembilan Dewa) atau  Dewata Nawa Sangha ( Sanga), tidak sama dengan Sang Hyang Widhi (Tuhan).  Dewa berasal dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Hyang Widhi yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan hidup makhluk. Istilah Deva sebagai mahluk Tuhan adalah karena Deva dijadikan (dicipta-kan) sebagaimana dikemukakan di dalam kitab  Reg Veda X. 129.6.  Dengan diciptakan ini berarti Deva bukan Tuhan melainkan sebagai semua mahluk Tuhan yang lainnya pula, diciptakan untuk maksud tujuan tertentu yang mempunyai sifat hidup dan mempunyai sifat kerja (karma). Disamping pengertian di atas, dalam  Reg Veda VIII.57.2 , dijelaskan pula tentang banyaknya jumlah Deva yaitu sebanyak 33 yang terdapat di tiga (3) alam (mandala). Ketiga puluh tiga (33) Deva tersebut terdiri dari 8 Vasu (Basu), 11 Rudra, 12 Aditya, Indra dan Prajapati. Berikut adalah nama dan makna menurut Upanishad Brihadaranyaka dan itih...