Langsung ke konten utama

Burung cabak

BURUNG NOCTURNAL (CABAK)

Burung Cabak dengan nama latin Caprimulgidae dan Podargidae merupakan jenis burung pemakan serangga yang beraktivitas pada malam hari. Burung Cabak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dalam setiap jenisnya. Dimulai dari kebiasaan aktifitas hingga dengan makanannya. Burung yang mengkonsumsi serangga pada umumnya melakukan aktifitas pada siang hari (Diurnal), namun beberapa dimalam hari yang biasa disebut Nocturnal. Di Indonesia sendiri hanya beberapa burung yang memiliki ciri “Pemakan Serangga dan Bersifat Nocturnal”. Dalam sebuah penelitian yang telah tertulis, hanya diketahui 2 suku jenis burung cabak yang bersifat pemakan serangga dan bersifat nokturnal, antara lain Burung Cabak (Caprimulgidae) dan Paruh Katak (Podargidae) juga disebut cabak di Jawa dan Bali.

Kebiasaan Burung Cabak

Burung cabak memiliki kebiasaan yang khas. Antara lain terbang berputar-putar pada senja dan dini hari sembari mengeluarkan suara tinggi meratap, “cwuirp” berulang-ulang dengan cara teratur. Sebab burung cabak tersebut tertarik dengan lampu-lampu yang ada  kota untuk memburu serangga yang beterbangan pada sekitarnya. Pada saat siang hari burung ini diam berbaring di atas tanah atau pada atap gedung yang rata di perkotaan. Burung Cabak biasanya berkembang biak antara bulan Mei hingga Desember. Satu atau dua butir telurnya, berwarna kuning tua dengan bintik-bintik noda dan garis cokelat, ditaruh pada lekukan tanah yang digaruk. Tanpa bahan sarang dari bahan apa saja.

Burung Cabak (Suku Caprimulgidae) adalah burung nocturnal pemakan serangga yang kadang dinilai sebagai burung aneh sebab bentuknya dengan kaki yang begitu pendek. Kicauannya pun terkesan aneh sebab pada malam hari kicauannya menyerupai orang yang sedang mengetuk pintu.

Semua jenis burung cabak adalah pemakan serangga. Uniknya burung Cabak punya jaring yang terbentuk dari bulu-bulu kasar pada sekitar paruh, berfungsi menangkap serangga pada saat terbang. 2 marga dari burung cabak terdapat di Indonesia dan 4 spesiesnya ada di Jawa.

Burung Cabak Maling Kota adalah jenis burung cabak berukuran lebih kecil (22 cm) dengan warna yang seragam. Burung jantan mudah dibedakan karena terdapat 2 pasang bulu pada bagian luar ekor yang seluruhnya berwarna putih, terkecuali bagian ujungnya berwarna gelap. Burung betina lebih berwarna merah daripada burung jantan dan tidak punya tanda putih. Suara kicau seperti meratap atau mengeluh yang menusuk. “Cwiip” yang dikicaukan secara teratur saat terbang selama 1/2 jam pada senja dan dini hari.

Kebiasaan dari jenis burung cabak ini berbaring siang hari diatas tanah, jika dikota pada atap gedung tinggi yang rata.

Jenis Burung Cabak

SEJARAH BURUNG CABAK Dalam Kitab Yesaya 34:14 adalah Makhluk yang disebutkan dalam gambaran tentang kehancuran total Edom (kerajaan) dan tentang para penghuni reruntuhannya adalah burung cabak (li-lith).

Kata Ibrani itu telah diterjemahkan secara beragam sebagai ”burung hantu Asio” (KJ), ”monster malam” (AS), ”burung suara malam” (NE, NW), dan ”hantu malam” (TL, TB, BIS, RS), sedangkan The Jerusalem Bible memilih untuk mentransliterasi saja nama itu menjadi ”Lilith”.

Banyak pakar berupaya memperlihatkan bahwa kata Ibrani itu merupakan kata pinjaman dari bahasa Sumer dan Akad kuno dan bahwa kata itu berasal dari nama perempuan yang bersifat mitos, penguasa udara (Lilitu). Akan tetapi, Profesor G. R. Driver berpendapat bahwa kata Ibrani itu (li·lith) berasal dari kata dasar yang berarti ”segala gerakan berputar atau benda yang terputar”, sama seperti kata Ibrani laʹyil (laiʹlah), yang berarti ”malam”, menyiratkan sesuatu yang ”membungkus seluruh bumi atau menyelubunginya”. Menurutnya, asal kata li·lithʹ itu kemungkinan besar memaksudkan burung suara malam (cabak) sebagai burung yang mencari makan pada malam hari dan yang terkenal karena kecepatannya berputar dan berbelok seraya ia terbang mengejar ngengat, kumbang, dan serangga lain yang terbang malam. Sebagaimana dikutip oleh jurnal Driver, seorang naturalis bernama Tristram menggambarkan bahwa burung suara malam ”menjadi sangat aktif menjelang senja buta, sewaktu mereka terbang ke sana kemari dengan kecepatan tinggi dan membuat belokan-belokan yang rumit untuk mengejar mangsanya”.—Palestine Exploration Quarterly, London, 1959, hlm. 55, 56.

Burung suara malam panjangnya yang hampir 30 cm dan rentang sayapnya 50 cm atau lebih, bulu-bulunya mirip kepunyaan burung hantu, lembut dan berbintik-bintik halus berwarna abu-abu dan cokelat. Bulu-bulu sayap yang lembut itu membuatnya dapat terbang tanpa bunyi. Mulutnya yang besar tampaknya menjadi alasan ia juga disebut burung penetek kambing, sebuah legenda kuno menyatakan bahwa burung itu menghisap susu kambing.

Ada kemungkinan bahwa burung seperti itu terdapat di daerah Edom yang kering, karena beberapa jenisnya memang dikenal mendiami tempat-tempat tandus. Cabak Mesir (Caprimulgus aegyptius) hampir selalu hidup di gurun, menempati hutan-hutan akasia serta semak-semak tamariska dan mencari makan pada waktu senja. Jenis lain (Caprimulgus nubicus) ditemukan di pinggiran gurun antara Yerikho dan L. Merah, jadi di daerah yang mirip dengan Edom.


Komentar

  1. "Selamat siang Bos 😃
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sengugu atau srigunggu

Manfaat sengugu atau srigugu bagi kesehatan. Tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung, bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung, tepi jalan atau dekat air yang tanahnya agak lembap dari dataran rendah sampai 1.700 mdpl. Senggugu diduga tumbuhan asli Asia tropik. Perdu tegak, tinggi 1 – 3 m, batang berongga, berbongkol besar, akar warnanya abu kehitaman. Daun tunggal, tebal dan kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut halus, panjang 8 – 30 cm, lebar 4 – 14 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk bentuk malai yang panjangnya 6 – 40 cm, warnanya putih keunguan, keluar dari ujung-ujung tangkai. Buah buni, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua hitam. Budidaya atau perbanyakan tumbuhan ini adalah dengan biji. Nama Lokal : Singgugu (Sunda), Srigunggu, sagunggu (Jawa), Kertase, pinggir tosek (Madura), Sengg...

NawaSanga

Nawadewata  (Sembilan Dewa) atau  Dewata Nawa Sangha ( Sanga), tidak sama dengan Sang Hyang Widhi (Tuhan).  Dewa berasal dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Hyang Widhi yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan hidup makhluk. Istilah Deva sebagai mahluk Tuhan adalah karena Deva dijadikan (dicipta-kan) sebagaimana dikemukakan di dalam kitab  Reg Veda X. 129.6.  Dengan diciptakan ini berarti Deva bukan Tuhan melainkan sebagai semua mahluk Tuhan yang lainnya pula, diciptakan untuk maksud tujuan tertentu yang mempunyai sifat hidup dan mempunyai sifat kerja (karma). Disamping pengertian di atas, dalam  Reg Veda VIII.57.2 , dijelaskan pula tentang banyaknya jumlah Deva yaitu sebanyak 33 yang terdapat di tiga (3) alam (mandala). Ketiga puluh tiga (33) Deva tersebut terdiri dari 8 Vasu (Basu), 11 Rudra, 12 Aditya, Indra dan Prajapati. Berikut adalah nama dan makna menurut Upanishad Brihadaranyaka dan itih...