Langsung ke konten utama

Sastra menuju moksha

*Kayu Gung Susuhing Angin*
(bahasa kiasan atau perlambang),
Kayu Gung/kayu besar(kiasan untuk raga),Susuhing Angin/rumah angin.
Kayu Gung Susuhing Angin adalah manusia merupakan tempat keluar masuknya angin(nafas).
Nafas yang masuk membawa udara bersih diedarkan ke seluruh bagian tubuh kemudian keluar membawa udara kotor.
Kayu Gung Susuhing Angin berwujud pelajaran dapat diluluhkan dengan mengheningkan cipta menenangkan diri.
Pada diri manusia, titik pusat inilah yang dinyatakan sebagai Susuhing Angin (Sarang Angin) atau Telenging Manah (Pusat Hati). Dinyatakan sebagai Sarang Angin karena di titik itulah angin ngendog (bertelur). Pembahasaan seperti ini muncul karena leluhur kita senang mencermati realitas di jagat raya. Dan ketika mencermati perilaku burung, ditemukan bahwa mereka membuat sarang untuk satu tujuan: ngendog atau bertelur dan membentuk kehidupan baru. Maka, sebanding dengan itu, di Susuhing Angin inilah kehidupan baru manusia selalu terbentuk. Dan dari mana kehidupan baru itu bermula? Dari angin yang dihirup manusia melalui proses hambegan (bernapas). Setiap manusia hambegan, menghirup oksigen dari udara, kehidupan baru terbentuk: sel-sel lama yang mati digantikan sel-sel baru.

Lebih jelasnya, berdasarkan kesadaran terhadap realitas di dalam diri, dapat diketahui bahwa melalui proses hambegan inilah dark energy memancar dari Susuhing Angin, menimbulkan getar dan bunyi dengung. Lalu terbentuklah dark matter yang selanjutnya menjadi ordinary matter, berupa unsur-unsur dasar pembentuk raga manusia, yang selanjutnya bermetamorfosis menjadi sel-sel baru dan terjadilah pertumbuhan atau pembaharuan pada raga manusia.

Lokus atau takhta dari Rasa Sejati sesungguhnya berada di Susuhing Angin. Bentuk fisiknya tidak ada, tetapi keberadaan dan fungsinya nyata. Melalui wahana ini manusia bisa mengetahui berbagai perkara termasuk perkara yang teramat halus dan rumit. Cara kerjanya adalah dengan sistem deteksi getar, seperti sistem pendeteksi di dalam kapal selam yang bekerja mempergunakan gelombang sonar.

Lebih jelasnya, demikianlah cara kerja Rasa Sejati. Setiap benda atau keberadaan di semesta ini memiliki getaran tersendiri. Getaran inilah yang ditangkap oleh Rasa Sejati. Ia menjadi semacam kode yang memberikan informasi tentang realitas dari benda atau keberadaan itu. Dan melalui proses yang sangat cepat, Rasa Sejati mengurai dan mengubah kode ini menjadi data atau informasi yang bisa dibahasakan dan dimengerti. Dengan demikian, Rasa Sejati adalah perangkat kecerdasan tersendiri di dalam diri manusia. Ia berbeda dengan otak. Rasa Sejati bekerja secara independen, tidak dipengaruhi otak atau menggunakan otak. Inilah yang sesungguhnya dinyatakan sebagai kecerdasan spirit, kecerdasan roh, atau kecerdasan ilahiah (divine intelligence) yang ada pada diri manusia. Ini pula sesungguhnya yang membedakan manusia dengan berbagai titah hurip (makhluk) lainnya, termasuk binatang. Binatang memiliki otak dan punya kecerdasan yang dihasilkan otak. Tetapi mereka tak punya Rasa Sejati.

*Tirta Prawitasari Mahening Suci*
diSamudera MinangKalbu(meminang hati),
Semua ada pada diri sendiri.
Candramuka(wajah yang indah),
Sigrangga(tubuh yang menawan).
Ditya Rukmuka(keindahan muka),
Ditya Rukmakala(keindahan perhiasan).
Bermakna..,
Wajah yang indah, tubuh yang menawan,ditambah dengan berdandan dan memakai perhiasan adalah hal yang wajar,karena penampilan yang baik akan membuat orang lain lebih menghormati,akan tetapi ada kalanya manusia lebih mementingkan penampilan fisik daripada keindahan batin.
Seringkali manusia lupa diri,lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memperbaiki jasmani daripada rohani.
Itulah sebabnya panca indra untuk bernafas.
Manusia harus menundukkan godaan panca indra untuk memperindah penampilan serta mengatur olah nafas untuk mengendalikan pikiran yang liar.
Puncak Penyerahan Diri..
Sedulur Papat(Secara fisik keempat saudara ini telah mati tetapi secara rohani mereka selalu menjaga si bayi siang dan malam serta selalu meperhatikan keselamatan manusianya.
Jika manusia membulatkan tekad menempuh bahaya,maka keempatnya akan tetap melindungi dan mengusahakan keselamatannya.
Sedulur Pancer(Marmati) disebut juga Ratu Jalu(Ratu Estri).
Marmati tidak lahir melalui marga ina(kelamin ibu) tetapi lahir melalui debaran dada sang ibu yang hendak melahirkan.
Marmati bersemayam di dalam kalbu manusia,memberikan petunjuk siang dan malam.
Bangsa Arya menyebutnya sebagai hati nurani,sedangkan dinegeri seberang menyebutnya sebagai malaikat penjaga.
Orang-orang yang menuruti hawa nafsu dalam menjalani kehidupan disebut sebagai kaum angkara murka(orang-orang yang tidak mau mendengar suara hati nurani).
Mereka lebih suka mengumbar keinginan apa yang terlihat oleh panca indra.Negeri seberang lautan menyebutnya dengan istilah godaan setan.

*atman*
(Puncak Penyerahan Diri),
Ketika melihat perwujudan yang sama persis seperti dirinya,tetapi ukuran tubuhnya kecil seukuran anak-anak.
Makna Naga Nemburnawa..
¤ Naga(hawa nafsu pribadi manusia),
Sifatnya seperti ular yang mengikat dan membelit jiwa manusia agar mengikuti kemauannya.
Manusia yang menuruti hawa nafsu diibaratkan seperti dibelit,diseret dan kepalanya ditelan ular.
Itulah sebabnya legenda di Timur Tengah mengisahkan iblis(mengambil wujud ular) saat menggoda Adam dan Hawa agar melakukan dosa pertama.
Bukan berarti ular adalah lambang keburukan,tetapi ular adalah lambang nafsu yang mematuk dan membelit manusia.
¤ Nemburnawa(sembilan lubang).
Harus dijaga dengan baik oleh manusia agar tidak semakin terjerumus ke dalam lembah nafsu keduniawian.
Kesembilan lubang tersebut adalah dua mata,dua telinga,dua hidung, satu mulut,satu kemaluan dan satu pembuangan.
Jika manusia berhasil memerangi naga Nemburnawa,merupakan perlambang seorang manusia yang telah mengheningkan cipta,menggenggam tekad,berhasil membebaskan dirinya dari belitan hawa nafsu.
Layaknya terombang-ambing digulung ombak,tanpa melawan dan berserah diri.
Demikian hendaknya manusia setelah mampu memerangi hawa nafsu,hendaknya bersikap rendah hati di hadapan sesama makhluk dan berserah diri di hadapan Sang Pencipta.
Adakalanya seseorang merasa bangga setelah berhasil menundukkan nafsunya,tanpa ia sadari bahwa perasaan bangga itu justru membuatnya terbelit oleh nafsu yang lain.
Manusia sempurna adalah yang bersikap rendah hati di hadapan sesama dan berserah diri di hadapan Sang Pencipta.
Layaknya terombang-ambing digulung ombak tetapi tidak tenggelam(manusia yang tetap tenang menghadapi pasang surut kehidupan,tetapi tidak sampai tenggelam,baik itu di dalam suka maupun duka).
*Ilmu kesempurnaan hidup*
(sejatining urip),
Yang disebut sangkan paraning dumadi lepasing budi(mati sajeroning urip,urip sajeroning mati), berserah diri dan sudah tidak merasakan apa-apa lagi.
Ilmu yang memahami dan bukan sekedar mengetahui tentang hidup ini dari mana,untuk apa dan setelah berakhir hendak kemana.
*Hampa Adalah Kosong,Kosong Adalah Isi*
Tidak dapat membedakan mana utara,mana selatan,mana barat,mana timur.
Suasana terang tetapi tidak menyilaukan.
Tidak ada matahari,tidak ada rembulan,juga tidak ada pelita.
Suhu tidak panas,juga tidak dingin.#NETRAL
Benar-benar menentramkan hati.
Itulah pemandangan samudera luas tanpa tepi.
Sebuah gambaran Wahananing Tyas Pribadi(wujud perlambang luasnya kalbu manusia). Karena manusia lebih menuruti hawa nafsu,mereka pun banyak yang berpikiran sempit, atau istilahnya berhati kecil.
Pancamaya(pemandangan cahaya samar-samar) merupakan Wahananing Jantung(sejatinya kalbu).
Sifatnya sebagai pemuka,bersemayam didalam cipta, dan mengendalikan indra penglihatan,penciuman,pendengaran,pengecap dan peraba.
Cahaya empat macam(hitam,merah,kuning dan putih), merupakan Wahananing Budi(wujud nafsu empat perkara).
- Cahaya hitam(kiasan nafsu badaniah),membuat manusia merasa lapar,dahaga,letih dan mengantuk.
- Cahaya merah(kiasan nafsu angkara),membuat manusia ingin meraih cita-cita derajat lebih tinggi.
- Cahaya kuning(kiasan nafsu keinginan),nafsu yang mendorong manusia untuk meraih kegembiraan(birahi,kegemaran atau hobby,menikmati hiburan,dll.
- Cahaya putih(kiasan nafsu pemujaan),yang mendorong manusia untuk ingin berbuat baik atau beribadah.
Keempat nafsu tersebut ibarat menjadi bahan bakar bagi manusia,tetapi harus dikendalikan dengan baik dan tidak berlebihan,karena segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi racun bagi kehidupan.
Cahaya yang menyala seperti api dan memancarkan sinar tujuh warna(hitam,merah,kuning,putih,hijau,biru dan jingga),merupakan Wahananing Pangeran(cahyaning pramana).
Kiasan dari kuasa penciptaan..
- Sinar hitam(nisthaning cipta),
- Sinar merah(dhustaning cipta),
- Sinar kuning(doraning cipta),
- Sinar putih(setyaning cipta),
- Sinar hijau(sentosaning cipta),
- Sinar biru(sembadaning cipta),
- Sinar jingga(owah-gingsiring cipta).
Wujud seperti tawon gumana,cahaya yang jernih merupakan Pramananing sukma.
Meliputi jagad besar dan jagad kecil,sumber kehidupannya dari Pramananing Rasa.
Wujud seperti boneka gading seperti bertahtakan mutiara,bersinar terang benderang,merupakan Pramananing Rahsa,yang berkuasa atas Purba Wasesa terhadap alam seisinya,mendapat hidup dari Sang Hyang Atma.
Wujud sifat tunggal(bukan laki-laki juga bukan perempuan,tidak bertempat juga tidak bertakhta,tanpa rupa dan tanpa warna).Cahayanya gilang-gemilang tanpa bayangan,merupakan Atma Gaib(Sifat Sejati).
Dialah yang kuasa mengatur alam semesta,bersemayam di dalam Sang Urip.

*MOKSHA*
(mencipta tubuh pelangi),
(tinggal dan menyatu dengan wujud jati dirinya sendiri).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sengugu atau srigunggu

Manfaat sengugu atau srigugu bagi kesehatan. Tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung, bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung, tepi jalan atau dekat air yang tanahnya agak lembap dari dataran rendah sampai 1.700 mdpl. Senggugu diduga tumbuhan asli Asia tropik. Perdu tegak, tinggi 1 – 3 m, batang berongga, berbongkol besar, akar warnanya abu kehitaman. Daun tunggal, tebal dan kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut halus, panjang 8 – 30 cm, lebar 4 – 14 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk bentuk malai yang panjangnya 6 – 40 cm, warnanya putih keunguan, keluar dari ujung-ujung tangkai. Buah buni, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua hitam. Budidaya atau perbanyakan tumbuhan ini adalah dengan biji. Nama Lokal : Singgugu (Sunda), Srigunggu, sagunggu (Jawa), Kertase, pinggir tosek (Madura), Sengg...

Burung cabak

BURUNG NOCTURNAL (CABAK) Burung Cabak dengan nama latin Caprimulgidae dan Podargidae merupakan jenis burung pemakan serangga yang beraktivitas pada malam hari. Burung Cabak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dalam setiap jenisnya. Dimulai dari kebiasaan aktifitas hingga dengan makanannya. Burung   yang mengkonsumsi serangga pada umumnya melakukan aktifitas pada siang hari (Diurnal), namun beberapa dimalam hari yang biasa disebut Nocturnal. Di Indonesia sendiri hanya beberapa burung yang memiliki ciri “Pemakan Serangga dan Bersifat Nocturnal”. Dalam sebuah penelitian yang telah tertulis, hanya diketahui 2 suku jenis burung cabak yang bersifat pemakan serangga dan bersifat nokturnal, antara lain Burung Cabak (Caprimulgidae) dan Paruh Katak (Podargidae) juga disebut cabak di Jawa dan Bali. Kebiasaan Burung Cabak Burung cabak memiliki kebiasaan yang khas. Antara lain terbang berputar-putar pada senja dan dini hari sembari mengeluarkan suara tinggi meratap, “cwuirp” berulang-ulang den...

NawaSanga

Nawadewata  (Sembilan Dewa) atau  Dewata Nawa Sangha ( Sanga), tidak sama dengan Sang Hyang Widhi (Tuhan).  Dewa berasal dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Hyang Widhi yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan hidup makhluk. Istilah Deva sebagai mahluk Tuhan adalah karena Deva dijadikan (dicipta-kan) sebagaimana dikemukakan di dalam kitab  Reg Veda X. 129.6.  Dengan diciptakan ini berarti Deva bukan Tuhan melainkan sebagai semua mahluk Tuhan yang lainnya pula, diciptakan untuk maksud tujuan tertentu yang mempunyai sifat hidup dan mempunyai sifat kerja (karma). Disamping pengertian di atas, dalam  Reg Veda VIII.57.2 , dijelaskan pula tentang banyaknya jumlah Deva yaitu sebanyak 33 yang terdapat di tiga (3) alam (mandala). Ketiga puluh tiga (33) Deva tersebut terdiri dari 8 Vasu (Basu), 11 Rudra, 12 Aditya, Indra dan Prajapati. Berikut adalah nama dan makna menurut Upanishad Brihadaranyaka dan itih...