Langsung ke konten utama

Pulau Roon Papua



Pulau yang terbentang luas sejajar dengan dengan gugusan kepulauan auri itu memiliki pantai dan laut yang indah mempesona karena terumbu karang dan jenis biota laut yang jarang tersentuh manusia.

Pulau Roon hingga saat ini tidak pernah tergeser sedikitpun dari titik kordinatnya walaupun di hantam oleh gelombang.
Pulau Roon memiliki Sumber daya Laut yang indah, sumber daya Alam sangat mempesona dan potensi SDA lainnya seperti emas, minyak bumi dan juga terdapat Air panas yang sering di gunakan oleh Masyarakat untuk merawat kulit.
Kampung Yende masuk dalam distrik Roon kabupaten Teluk Wondama, sebelumnya yende masuk dalam distrik Aisandami dengan jarak tempuh 6 jam dari Manokwari atau sekitar 3 jam dari Wasior dengan menggunakan speedboat.


Letak geografis yang sebagian besar adalah kepulauan sehingga sebagian masyarakat kampung bergantung pada hasil laut. 
Pulau Roon paling banyak berinteraksi dengan gugusan Kepulauan Auri.

Wisata sejarah dapat dilakukan dengan mengunjungi gereja tua Isna Jedi yang didirikan pada jaman Zending dengan Alkitab tua berbahasa Indonesia terbitan Belanda tahun 1898. Gereja Tua dan Alkitab Tua di Yende. Di Pulau Jende-Roon terdapat berbagai peninggalan bersejarah sebagai saksi bisu pekabaran dan peradaban di Tanah Papua. Antara lain Situs Gereja Tua Isna Jendi dan peninggalan Alkitab Tua yang merupakan bukti pelayanan di Pulau jende-Roon. Sedikit ulasan sejarah di pulau Jende-Roon tentang perjalanan panjang pekabaran Injil dan peradaban orang Papua. Zendeling Gottlieb Lodewijck Bink dan Jan Van Balen Tiba di Jende-Roon pada tanggal 2 April 1884 – tanggal 20 Januari 1889 Jan Van Balen berpindah ke bukit Kamadiri di Windesi mereka hanya bekerja di Jende, Windesi, Anday, Doreh, Kwawi dan Mansinam, sehingga untuk mengunjungi Teluk Wondama sangatlah susah sebab orang Wondama terkenal sangat jahat, lagi pula keadaan kampung-kampung sekitar Teluk Wondama belum aman sebab perang hongi, perampasan budak, balas dendam. Setelah itu di ikuti oleh Zendeling lainnya seperti Dereck Bernaard Starrenburg pada tanggal 14 Maret 1908. Pada tanggal 28 Desember 1908 pertobatan secara besar-besaran di pulau Roon sehingga menyebabkan tanah Papua boleh aman dan pelayanan injil dapat berjalan dengan baik di Tanah Papua. Pada waktu ini terjadi perang suku di Tanah Papua antara suku dari Biak dan Yapen, Manokwari, Raja Ampat dll. Menurut sejarah dulunya, pulau Roon disebut benteng iblis atau tahta iblis sekarang menjadi pulau yang diberkati Tuhan pulau terang (Isna). Pekebaran injil mulai berkembang di Pulau Roon. Lewat G.L Bink, Vanderrost dan guru A.B Apituley dan Deefwai dan anak-anak dari kampung Jende sendiri. Pertobatan ini terjadi karena kematian dari pada seorang pembantu dari Starwot pada waktu itu yang membawa pembantu ini adalah Zendeling G.L Bink seorang Yang berasal dari suku Karoon, yang bernama Johan Ariks dan dijadikan anak tebusan. Pada saat itu terjadi perang suku antara Marga Ayemseba dan Marga Rumadas sehingga 2 orang marga Ayemseba di bunuh oleh marga Rumadas sehingga Yohan Ariks di angkat menjadi anak tebusan dan mengganti marga menjadi Yohan Ayemseba atau sering di panggil Jan Ayemseba. Jan Ariks Ayemseba bermimpi bahwa ia melihat tangga emas turun dari langit ke tempat mereka bertempat tinggal ini merupakan awal perkembangan injil di tanah Papua.

Gereja Insa Jendi mengalami beberapa kali perombakan. Gereja di bangun 1891-1892, dan 1910 seorang guru dari Maluku Corneles Rumkaer membangun gereja yang ke-2 dan gereja di pakai sampai rusak pada tahun 1921 Pdt. Bernat Akwan membangun gereja lagi. Gereja ini sudah tidak digunakan lagi karena sudah di bangun gereja Insa Jendi yang baru.
Di dalam bangunan gereja terdapat ruangan khusus dinama masyarakat setempat menyimpan peninggalan-peninggalan para Zendeling berupa tempat perjamuan, peralatan makan, dan lainnya. Bukan hanya itu saja di dalam ruangan yang berukuran 3×4 itu terdapat bongkahan batu yang disamping kiri kanan terdapat dua pilar menurut informasi dari para pengurus gereja dan juga masyarakat setempat batu ini digunakan oleh Zendeling G.L Bink apabila hendak melakukan perjalanan penginjilan maka beliau harus berdoa diatas batu ini. Perjalanan Yang dilakukan meliputi Biak, Serui, Fakfak, Sorong, Raja Ampat hingga ke Jayapura tidak salah Pdt. G.L Bink mendapat julukan Rasul Tanah Papua. Selain itu terdapat Alkitab tua terbitan tahun 1898 yang merupakan salah satu bukti sejarah yang masih tetap di jaga dan disimpan di Gereja Isna Jendi. Alkitab Tua digunakan oleh para zendeling dalam melakukan pelayanan di kawasan tersebut. Pada tanggal 14 Agustus tahun 1916 Zendeling Dereck Bernaard Starrenburg menyerahkan Alkitab ini kepada Jemaat Isna Jendi, dan Ia pun meninggalkan Yende karena terjadi banjir dan pindah ke Windesi kemudian Wondama dan mendirikan Klasis di Wondama.


Di Jende juga terdapat beberapa makam Zendeling dan para penginjil dari ambon maupun penduduk setempat yang merupakan murid-murid dari Zendeling yang membantu pelayanan pekabaran Injil. Makan-makan ini terdapat di sebuah bangunan rumsram yang terbuat dari beton yang di depan bangunan itu terdapat 2 Panglima Besar di Pulau Roon Dari Marga Ayemseba dan Rumadas Yang bermana Raisori dan Sibarai.
Namun sayangnya tempat bersejarah ini belum di rawat dengan baik dan belum ada Juru Pelihara sehingga di harapkan oleh Penduduk setempat ada perhatian pemerintah lebih lanjut di daerah tersebur sebagaimana, bukan hanya di pulau Jende-Roon tetapi masih banyak lagi tempat bersejarah lagi seperti di Pulau Syabes ada makan istri dari zendeling Rudolf Beyer, Windesi ada sekolah dan Rumah para Zendeling antara lain Zendeling Van der Rust dan Adrian van balen, Wondama- pulau Yerenusi di Ambumi, Raisie, Kaibi dan Kubiari, Wasior dan Miei. Rumah masyarakat yang dibangun diatas laut merupakan peman-dangan yang unik. Kita juga dapat melakukan pengamatan burung, flora fauna hutan daratan, wisata pantai, snorkeling dan diving, di samping air tejun yang cukup segar untuk dinikmati. Disamping letak dan posisi kekayaan Alam, Pulau Roon yang juga menyimpan fakta sejarah peradaban orang papua. Masyarakat menerima injil sejak 1875 setelah mansinam 1855.

Mereka yang meyakini agama adat, membuat ’’Zendeling C. W. Ottow dan J.G. Geiwsler’’ mengutus Pejabat Zendeling lainnya seperti G.L. Bink dan Jan Adrian Van Balen yang  telah berkarya untuk melakukan negosiasi agar masyarakat Roon menerima injil sebagai kekuatan Allah. Namun upaya itu baru terwujud pada tahun 1975 dengan tiga alasan, antara lain ; menerima buku, pensil dan menerima tranformasi pengetahuan baru.
Dengan melihat fakta sejarah peradaban orang papua sebelumnya, di aitumeri juga telah memiliki perpustakaan yang pada saat itu terbakar dan semua buku hangus di lahap api sehingga banyak arsip-arsip di miei hilang. Namun karena kuasa Tuhan sehingga penjaga perpustakaan yang masih hidup yaitu Bapak Jan Yoteni, dia merupakan orang pertama papua yang melihat I.S. Kijne seorang guru dari belanda bercerita dengan Tuhan Allah dan sejak itu penjaga gudang itu di tunjuk oleh I.S Kejne sebagai juru tulis.
Namun sejak infasi jepang, maka Jan Yoteni yang dulunya penjaga perpustakaan ditangkap dan di bawa ke pulau Roon untuk di eksekusi mati. Pada saat jepang mau melakukan eksekusi mati, tibalah Amerika disaat yang tepat sehingga Amerika dengan kekuatan militernya membabat habis tentara jepang yang saat itu hadir di pulau Roon.
Rencana pemerintah Jepang akhirnya gagal, Jan Yoteni di bebaskan dan dibawa oleh tentara Amerika ke hawaii dan disana ternyata sudah ada I.S Kejne. Beliau menjemput juru tulisnya dan sekaligus mengundang Jan Yoteni untuk menulis kembali nyanyian Rohani sehingga sampai saat ini bisa digunakan oleh Umat Nasrani untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan. Namun karena usia beliau, Jan Yoteni lupa dan tidak sempat menulis satu nyayian yang hilang itu.
Dengan melihat fakta sejarah yang di lewatkan diatas dan satu nyanyian rohani yang hilang itu, maka sebagai generasi mudakita bertanggung jawab untuk mencari bagian yang belum ditulis atau yang hilang.

Sumber :
Yohanes Akwan,
Lahir dari Rahim seorang perempuan Biak yang Jenius karena sering mengkonsumsi siput dan ikan sehingga cerdas, berasal dari kampung pulau Roon, Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sengugu atau srigunggu

Manfaat sengugu atau srigugu bagi kesehatan. Tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung, bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung, tepi jalan atau dekat air yang tanahnya agak lembap dari dataran rendah sampai 1.700 mdpl. Senggugu diduga tumbuhan asli Asia tropik. Perdu tegak, tinggi 1 – 3 m, batang berongga, berbongkol besar, akar warnanya abu kehitaman. Daun tunggal, tebal dan kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut halus, panjang 8 – 30 cm, lebar 4 – 14 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk bentuk malai yang panjangnya 6 – 40 cm, warnanya putih keunguan, keluar dari ujung-ujung tangkai. Buah buni, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua hitam. Budidaya atau perbanyakan tumbuhan ini adalah dengan biji. Nama Lokal : Singgugu (Sunda), Srigunggu, sagunggu (Jawa), Kertase, pinggir tosek (Madura), Sengg...

Burung cabak

BURUNG NOCTURNAL (CABAK) Burung Cabak dengan nama latin Caprimulgidae dan Podargidae merupakan jenis burung pemakan serangga yang beraktivitas pada malam hari. Burung Cabak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dalam setiap jenisnya. Dimulai dari kebiasaan aktifitas hingga dengan makanannya. Burung   yang mengkonsumsi serangga pada umumnya melakukan aktifitas pada siang hari (Diurnal), namun beberapa dimalam hari yang biasa disebut Nocturnal. Di Indonesia sendiri hanya beberapa burung yang memiliki ciri “Pemakan Serangga dan Bersifat Nocturnal”. Dalam sebuah penelitian yang telah tertulis, hanya diketahui 2 suku jenis burung cabak yang bersifat pemakan serangga dan bersifat nokturnal, antara lain Burung Cabak (Caprimulgidae) dan Paruh Katak (Podargidae) juga disebut cabak di Jawa dan Bali. Kebiasaan Burung Cabak Burung cabak memiliki kebiasaan yang khas. Antara lain terbang berputar-putar pada senja dan dini hari sembari mengeluarkan suara tinggi meratap, “cwuirp” berulang-ulang den...

NawaSanga

Nawadewata  (Sembilan Dewa) atau  Dewata Nawa Sangha ( Sanga), tidak sama dengan Sang Hyang Widhi (Tuhan).  Dewa berasal dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Hyang Widhi yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan hidup makhluk. Istilah Deva sebagai mahluk Tuhan adalah karena Deva dijadikan (dicipta-kan) sebagaimana dikemukakan di dalam kitab  Reg Veda X. 129.6.  Dengan diciptakan ini berarti Deva bukan Tuhan melainkan sebagai semua mahluk Tuhan yang lainnya pula, diciptakan untuk maksud tujuan tertentu yang mempunyai sifat hidup dan mempunyai sifat kerja (karma). Disamping pengertian di atas, dalam  Reg Veda VIII.57.2 , dijelaskan pula tentang banyaknya jumlah Deva yaitu sebanyak 33 yang terdapat di tiga (3) alam (mandala). Ketiga puluh tiga (33) Deva tersebut terdiri dari 8 Vasu (Basu), 11 Rudra, 12 Aditya, Indra dan Prajapati. Berikut adalah nama dan makna menurut Upanishad Brihadaranyaka dan itih...