Langsung ke konten utama

Sejarah Spinx

Arkeolog dari Italia telah menemukan ruang makam yang terkubur sejak lebih dari 3.000 tahun silam di Luxor, Mesir.
Kementerian Kepurbakalaan Mesir mengatakan, "Makam-makam tersebut ditemukan di kuil pemakaman Fir'aun Amenhotep II yang berkuasa dari tahun 1427-1401 SM.Sisa-sisa sarkofagus (peti mati) yang terbuat dari kayu dan tulang-belulang manusia ditemukan di dalamnya.Aneka wadah yang digunakan untuk menyimpan organ mayat seperti hati, paru-paru, lambung dan usus juga ditemukan. Tutup wadah menggambarkan empat anak Dewa Horus yang berbentuk kepala manusia, babon, anjing hutan serta burung. Simbol-simbol itu diyakini akan mengantarkan jiwa si mayat sampai ke surga".
Kuil itu terletak di sisi barat Sungai Nil.
Seorang pakar tentang Mesir profesor Wafaa Elsaddik mengatakan,
"Temuan itu sangat penting,sebab menunjukkan bahwa kuil tersebut tidak hanya digunakan untuk sesembahan tetapi juga sebagai pemakaman". Wadah penyimpan organ terbuat dari material berkualitas tinggi yang menunjukkan bahwa mayat tersebut merupakan orang kaya".
Kantor berita pemerintah MENA melaporkan bahwa patung-patung terbuat dari batu granit itu ditemukan oleh tim penggalian Jerman di Kuil Raja Amenhotep III yang memerintah Mesir dari 1410-1372SM.
Menteri Kepurbakalaan Mesir Muhammad Ibrahim Ali mengumumkan penemuan 14 patung kuno Dewi Sekhmet di Gubernuran Luxor juga mengatakan dalam konferensi pers,
“Peran Sekhmet dalam pemerintahan Amenhotep III adalah sebagai dewi perang dan kehancuran,dimana raja ketika itu bermaksud membuat puluhan patung yang mirip dengannya".
Dalam pernyataan resmi dikatakan, patung-patung itu segera dipindahkan ke tempat lain demi keamanan dalam rangka persiapan proses restorasi.
Mansur Buraik (direktur ekskavasi lapangan diLuxor) mengatakan,
"Semua patung yang ditemukan memiliki tinggi 12m dan merupakan perwujudan dewi dalam tubuh manusia berkepala singa betina".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sengugu atau srigunggu

Manfaat sengugu atau srigugu bagi kesehatan. Tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung, bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung, tepi jalan atau dekat air yang tanahnya agak lembap dari dataran rendah sampai 1.700 mdpl. Senggugu diduga tumbuhan asli Asia tropik. Perdu tegak, tinggi 1 – 3 m, batang berongga, berbongkol besar, akar warnanya abu kehitaman. Daun tunggal, tebal dan kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi tajam, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut halus, panjang 8 – 30 cm, lebar 4 – 14 cm, warnanya hijau. Perbungaan majemuk bentuk malai yang panjangnya 6 – 40 cm, warnanya putih keunguan, keluar dari ujung-ujung tangkai. Buah buni, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua hitam. Budidaya atau perbanyakan tumbuhan ini adalah dengan biji. Nama Lokal : Singgugu (Sunda), Srigunggu, sagunggu (Jawa), Kertase, pinggir tosek (Madura), Sengg...

Burung cabak

BURUNG NOCTURNAL (CABAK) Burung Cabak dengan nama latin Caprimulgidae dan Podargidae merupakan jenis burung pemakan serangga yang beraktivitas pada malam hari. Burung Cabak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dalam setiap jenisnya. Dimulai dari kebiasaan aktifitas hingga dengan makanannya. Burung   yang mengkonsumsi serangga pada umumnya melakukan aktifitas pada siang hari (Diurnal), namun beberapa dimalam hari yang biasa disebut Nocturnal. Di Indonesia sendiri hanya beberapa burung yang memiliki ciri “Pemakan Serangga dan Bersifat Nocturnal”. Dalam sebuah penelitian yang telah tertulis, hanya diketahui 2 suku jenis burung cabak yang bersifat pemakan serangga dan bersifat nokturnal, antara lain Burung Cabak (Caprimulgidae) dan Paruh Katak (Podargidae) juga disebut cabak di Jawa dan Bali. Kebiasaan Burung Cabak Burung cabak memiliki kebiasaan yang khas. Antara lain terbang berputar-putar pada senja dan dini hari sembari mengeluarkan suara tinggi meratap, “cwuirp” berulang-ulang den...

NawaSanga

Nawadewata  (Sembilan Dewa) atau  Dewata Nawa Sangha ( Sanga), tidak sama dengan Sang Hyang Widhi (Tuhan).  Dewa berasal dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Hyang Widhi yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan hidup makhluk. Istilah Deva sebagai mahluk Tuhan adalah karena Deva dijadikan (dicipta-kan) sebagaimana dikemukakan di dalam kitab  Reg Veda X. 129.6.  Dengan diciptakan ini berarti Deva bukan Tuhan melainkan sebagai semua mahluk Tuhan yang lainnya pula, diciptakan untuk maksud tujuan tertentu yang mempunyai sifat hidup dan mempunyai sifat kerja (karma). Disamping pengertian di atas, dalam  Reg Veda VIII.57.2 , dijelaskan pula tentang banyaknya jumlah Deva yaitu sebanyak 33 yang terdapat di tiga (3) alam (mandala). Ketiga puluh tiga (33) Deva tersebut terdiri dari 8 Vasu (Basu), 11 Rudra, 12 Aditya, Indra dan Prajapati. Berikut adalah nama dan makna menurut Upanishad Brihadaranyaka dan itih...