Tulisan ini tentang buku yang berjudul "Tuhan, Mengapa Aku Harus Ke China?", ditulis oleh Grace Suryani dan diterbitkan oleh Gloria percetakan pada tahun 2008. Buku yang bertemakan perjalanan iman di China ini diperjual-belikan dan bisa meminjam di perpustakaan Gereja.
Buku tebal ini menceritakan tentang kisah nyata Grace Suryani (penulis) waktu studi di China dari semester awal sampe semester akhir. Pengalaman suka duka sebagai mahasiswi sastra China. Saat ditanyai bagaimana kuliah di China?, Grace hanya tersenyum saja, karena kalau jujur orang pasti mengira dia tidak bersyukur, hanya Tuhan dan sahabat-sahabatnya saja yang tahu pergumulan di China.
Pelajaran dari membaca buku tersebut ada banyak tulisan yang seakan menusuk perasaan, tentu ada hikmah tersendiri karena setiap penulis mempunyai pesan.
Semua orang percaya harus mengalami Tuhan secara pribadi dan bersaksi, kalau hanya membaca kesaksian atau renungan orang, sama halnya menelan mentah-mentah sebuah informasi dari mulut seseorang. Maka dari itu kita harus bisa membaca ayat Tuhan secara langsung, tidak hanya belajar dari buku-buku renungan rohani. Karena ayat Tuhan yang tersirat sama dengan guru yang paling berharga (alam dan pengalaman).
Sebuah proses itu sakit, tapi Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Dia berkehendak mengotori tangan-Nya supaya bisa bersekutu dengan Hati Nurani. Tuhan menganugerahkan kondisi-kondisi yang tidak sesuai karen Dia ingin membereskan hidup menjadi sempurna, bisa belajar, dan bisa berubah. Orang-orang jahat jangan dijauhi, tapi dipelajari dan diampuni.
Jangan mencuri kemuliaan Tuhan. Iri hati sama dengan memberontak dan menimbulkan rasa tidak puas dengan membanding-bandingkan, dari itulah makna puasa.
Jangan menghina orang lain, karena itu adalah anugerah Tuhan. Hati yang murni dan remuk sangat berharga di hadapan Tuhan, terlebih daripada kesombongan dan merasa hebat.
Grace dulu sangat sombong, merasa dia pintar karena belajar dan memang pintar, penulis juga sempat kesal ada yang mengejek soal kuliahnya, pernah iri juga dengan orang yang lebih pintar. Tapi pada akhirnya dia sadar, semua karena anugerah Tuhan.
Butuh rendah hati untuk menerima pemeliharaan Tuhan dan memberi kesempatan pada seseorang untuk belajar.
Grace sering sungkan kalau dibantu seseorang. Lalu dia menyadari kasih pada sesama juga terwujud dengan menerima pemberian dan perhatian orang lain, tidak hanya dengan memberi saja.
Belajar menghargai sesuatu adalah saat merasa kehilangan. Tuhan mengajarkan betapa berharganya bersatu dengan Tuhan dan sesama melalui situasi yang sulit.
Di China, Grace dan teman-temannya memuji Tuhan pake menggumam dan kurang bebas. Tempat ibadah sangat jauh, harus pulang pergi naik bus berjam-jam dan sempat tersesat karena tempat ibadah yang terpencil.
Grace sempat mengalami kekeringan rohani, tidak bebas memainkan piano kesukaannya. Namun, Grace bisa merasakan ketika tidak menghargai yang namanya waktu bersama Tuhan dalam hidup sehari-hari pada saat situasi yang sulit, malah dipakai buat hanging out dan hedonisme. Saat dia kehilangan kebebasan ini, imannya justru kuat dan rindu pada Tuhan. Grace menangis, menyesal dan menyadari betapa berharganya persatuan dengan Tuhan. Grace dan teman-temannya di China rindu membentuk kelompok rohani yang sederhana dan saling menguatkan, di kelompok ini lah iman Grace dan teman-temannya makin kuat dalam berke-Tuhan-an. Mereka bahkan sempat wisata rohani dengan dana minim, tapi ada keajaiban di mana Tuhan sendiri yang mencukupkan dana yang sangat besar itu.
Tuhan ada dimana-mana, ketika Grace di China, ada pengalaman di mana dia shopping bersama Tuhan. Waktu mau belanja,Grace berdo'a dulu mohon hikmah dari Tuhan, jadi dia tidak sekedar belanja sembarangan. Grace juga menyadari pernikahan yang memuliakan Tuhan, jauh lebih indah dan berharga daripada pernikahan megah tanpa Tuhan. Pernikahan di China, hanya pemberkatan saja, tidak memakai jasa Event Organizer, justru tamu-tamu dan keluarga bergotong royong secara tulus dalam kasih Tuhan buat menyelenggarakan ritual pernikahan. Ini yang membuat banyak orang terharu.
Belajar dari adat dan kebudayaan China yang sederhana. Grace pernah bertanya sama Tuhan, kenapa harus bertetemu banyak cowok yang tidak tepat dalam hidupnya, kenapa tidak langsung bertemu sama tulang rusuknya??. Tapi justru dari banyak cowok yang salah, dia bisa belajar banyak hal secara langsung, tidak hanya lewat buku atau kitab suci belajar tentang berbagai tipe kepribadian.
Jadi bisa bersyukur sama Tuhan untuk belajar dari masa lalu supaya kesalahan dulu tidak terulang lagi.
Berkomunikasi dengan orang yang menyebalkan dan melanggar peraturan serta tidak sopan, adalah belajar menghargai dan menyadari mereka menjadi orang yang menyebalkan pasti selalu ada alasannya. Jadi tidak langsung menghakimi dengan sembarangan, karena menghakimi adalah hak Tuhan sepenuhnya, intinya harus selalu berpikir positif.
Jika hanya menyalahkan dan menggosipkan tentang seseorang, sama halnya mencuri hak Tuhan.
Obsesi untuk mengejar apapun, tidak akan pernah puas dan belum mengakui dirinya ada Karena Tuhan. Sebagai manusia yang manusiawi adalah sumber kepuasan sejati.
Karena anugerah Tuhan ada pada setiap insan manusia dimana pun dia hidup. Tuhan membuat manusia berharga di mata-Nya (Alkitab Ayat 1 Korintus 15:10 , Al-qur'an Surat Al-Fatihah).
Belajar mengasihi bukan hanya sekedar dengan memberi, tapi juga menerima pemberian kasih dari orang lain. Intinya selalu berusaha dan tulus. Tidak boleh menahan kebaikan Tuhan melewati seseorang. Karena ada sukacita buat pemberi maupun penerima dan yang lebih penting lagi adalah Tuhan yang menggerakkan Hati para pemberi.
Pancasila, Kesederhanaan dan selalu Bersyukur adalah inti pelajaran dari buku "Tuhan, Mengapa aku harus ke China?".
Semoga bermanfaat, (ora et labora-berdo'a dan bekerja),
Rahayu, Good Bless us.
Namaste
Komentar
Posting Komentar